NTT, Infodesanasional.id - Krisis pangan yang dialami para pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Camp Kobasoma masih berlangsung sejak 13 April 2025 hingga hari ini. Bantuan logistik yang terbatas dan minimnya perhatian dari Pemerintah Daerah (Pemda) Flores Timur memperburuk kondisi para pengungsi. Senin (30/04/2025).
Kondisi ini terungkap saat Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Flores Timur, Krisantus Kenato, bersama rombongan melakukan kunjungan langsung ke camp pengungsian. Kepada Krisantus, salah seorang pengungsi mengaku bahwa jatah beras yang diterima hanya satu mug per minggu.
“Bantuan sudah mulai jarang disalurkan, dan perhatian dari Pemda Flores Timur dalam memenuhi kebutuhan dasar juga semakin minim,” ujar seorang bapak di lokasi, menanggapi pertanyaan dari Krisantus Kenato yang akrab disapa Bung Ato.
Sebelum penyerahan bantuan, Ketua Koordinator GMNI untuk kegiatan ini, Germana Ose Warat, melakukan pendataan dan mencatat ada 65 kepala keluarga (KK) di camp tersebut. Namun, karena donasi yang berhasil dihimpun hanya cukup untuk 43 paket sembako, Ketua GMNI mengimbau para pengungsi untuk berbagi secara merata agar tidak terjadi perselisihan.
"Penggalangan dana dilakukan selama tiga hari di Festival Bale Nagi dan kami berhasil mengumpulkan Rp5.291.000. Setelah dikemas, jumlah sembako yang kami siapkan sebanyak 43 paket. Kami mohon pengertian agar pembagian dilakukan per tenda dan menyesuaikan jumlah jiwa di dalamnya,” jelas Bung Ato. Ia menegaskan bahwa GMNI hadir dengan keterbatasan, namun akan terus mengawal krisis ini agar pemerintah segera bertindak.
Setelah menyerahkan bantuan, GMNI Flores Timur melakukan kunjungan ke setiap tenda untuk menggali informasi langsung dari para pengungsi. Salah seorang ibu di tenda oranye mengeluhkan distribusi air bersih yang tidak merata.
“Satu mobil tangki air biasanya mengantar ke profil penampungan, tapi belum sampai ke tujuan, sudah dicegat dan diambil oleh pengungsi lain yang tinggal di rumah warga. Akibatnya, air yang sampai di profil hanya setengah tangki,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa pada 13 April lalu, distribusi air terhenti dan baru datang seminggu kemudian, menyebabkan antrean mandi di rumah warga saat perayaan Paskah.
Sementara itu, Germana Ose Warat juga mencatat keluhan soal kondisi tenda. “Saat hujan, tenda bocor dan tanah di luar becek. Kasur kami basah dan kami hanya bisa berteduh di sisi tenda yang tidak terkena tirisan air,” ucap seorang bapak di tenda putih.
Kondisi memprihatinkan ini juga ditegaskan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Keguruan dan Teknologi Larantuka (IKTL), Yosef Freinademets Kuma Manuk atau Bung Kepon. Ia menyampaikan bahwa stok logistik di gudang pengungsian mulai menipis.
“Beras, sabun mandi, pasta gigi, hingga sabun cuci sudah mulai habis. Bahkan lauk pauk sudah tidak ada sama sekali,” ungkapnya.
Dalam situasi darurat ini, GMNI Flores Timur mendesak Pemda agar segera mengambil langkah cepat dan konkret. Mereka berharap bantuan ini dapat sedikit meringankan beban pengungsi serta mengajak pemerintah lebih serius memprioritaskan kebutuhan para korban erupsi.
Post a Comment for "Krisis Pangan Masih Melanda Pengungsi Gunung Lewotobi di Camp Kobasoma"