Dari Lapangan Kaca Padel ke 'Aura Farming' Pacu Jalur: Inilah Momen Emas Bidar Ogan Ilir untuk Mendunia


Dari Lapangan Kaca Padel ke 'Aura Farming' Pacu Jalur: Inilah Momen Emas Bidar Ogan Ilir untuk Mendunia

OGANILIR.INFODESANASIONA.ID Lanskap olahraga Indonesia sedang diguncang oleh dua gelombang yang datang dari arah berlawanan. Gelombang pertama lahir dari lapangan-lapangan kaca yang berkilauan di pusat kota Padel. Olahraga persilangan tenis dan squash ini meroket sebagai simbol status baru. Ia bukan lagi sekadar aktivitas fisik, melainkan ajang sosialita, tempat para eksekutif dan kalangan atas membangun koneksi sambil memamerkan gaya hidup modern dan sehat. Padel adalah cerminan dari kemewahan yang terkurasi.

Dari arah yang sama sekali berbeda, gelombang kedua datang dari arus deras Sungai Kuantan di Riau. Pacu Jalur, sebuah tradisi balap perahu kayu panjang yang telah berusia ratusan tahun, tiba-tiba meledak di panggung global.

 Pemicunya apa, yakni dari sebuah video viral yang dijuluki "aura farming", di mana puluhan pendayung bergerak serempak dengan energi primal yang nyaris magis dan seoarang anak kecil memandu didepannya. 

Dunia terpukau bukan oleh kemewahan, tetapi oleh pemandangan otentik dari kekuatan, kekompakan, dan semangat komunal yang mentah.

Dua fenomena ini, Padel yang elit dan Pacu Jalur yang membumi, membuktikan satu hal: publik haus akan cerita dan tontonan olahraga yang otentik, baik yang modern maupun yang tradisional.

Namun di tengah sorotan ini pertanyaan pun muncul,  kemana kita arahkan pandangan kita selanjutnya. Jawabannya mungkin lebih dekat dari yang kita duga, mengalir deras di urat nadi budaya Sumatera Selatan, khususnya di Kabupaten Ogan Ilir. Inilah Bidar.

Bagi masyarakat tepian Sungai Ogan, Bidar bukanlah olahraga musiman; ia adalah warisan yang mendarah daging. Bayangkan gemuruh penonton di tepian sungai, deburan air yang pecah oleh puluhan dayung yang bergerak ritmis, dan perahu-perahu ramping yang melesat cepat bukan hanya untuk memperebutkan gelar juara, tetapi juga gengsi dan kehormatan kampung. Itulah esensi Bidar: sebuah perayaan kolosal yang memadukan ketangkasan fisik dengan harga diri komunal.

Kekuatan Bidar sebagai identitas budaya tak bisa dianggap remeh. Bukti terkuatnya adalah ketika Bupati Ogan Ilir, Panca Wijaya Akbar, menjadikan Lomba Bidar sebagai acara olahraga perdana yang ia hadiri setelah resmi menjabat. Langkah ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah penegasan politis dan kultural bahwa Bidar adalah aset utama dan kebanggaan daerah yang harus dijaga.

Inilah momen emas itu. Ketika aura Pacu Jalur berhasil memikat jutaan pasang mata di seluruh dunia, sebuah jendela peluang terbuka lebar untuk olahraga air tradisional lainnya. Publik kini tahu dan ingin melihat lebih banyak lagi energi otentik seperti itu.

Dengan dukungan promosi digital yang kreatif dan penceritaan yang kuat, Bidar Ogan Ilir memiliki semua elemen untuk menjadi viral berikutnya. Energi para pendayungnya, kemeriahan penontonnya, dan nilai budayanya yang kental adalah konten yang dicari dunia.

Kini, saatnya dayung-dayung Bidar mengukir gelombang yang lebih besar, membawa nama Ogan Ilir dan Sumatera Selatan ke panggung dunia.

Penulis : Riza Fahmy Holil

 (Gheka)

Post a Comment for "Dari Lapangan Kaca Padel ke 'Aura Farming' Pacu Jalur: Inilah Momen Emas Bidar Ogan Ilir untuk Mendunia"